Perang Merugikan Semua Pihak

2 Samuel 2
Saat seseorang menjadi pemimpin, seharusnya dia memikir- kan kepentingan orang banyak, bukan memikirkan kepentingannya sendiri. Bila pemimpin hanya memikirkan kepenting-
Hasil gambar untuk 12 prajurit Isyboset lawan 12 orang prajurit Daud
annya sendiri, orang-orang yang dipimpin akan mudah menjadi korban. Kisah pertempuran antara pasukan Isyboset di bawah pimpinan Abner dengan pasukan Daud di bawah pimpinan Yoab merupakan perang saudara yang merugikan kedua belah pihak. Semula pertempuran itu sifatnya seperti pertandingan: 12 orang prajurit Isyboset melawan 12 orang prajurit Daud. Akan tetapi, pertempuran itu akhirnya semakin menghebat. Pasukan Isybo- set kalah; tetapi Asael, adik Yoab, tewas di tangan Abner 
(2:19- 23). Abner—yang sadar bahwa perang saudara itu tidak seharusnya terjadi—mengusulkan gencatan senjata, dan tawaran itu akhirnya diterima oleh Yoab yang belum sadar bahwa adiknya telah tewas.
Perang (dalam skala relatif besar) atau perkelahian (dalam skala relatif kecil) bukanlah cara yang baik untuk menyelesaikan permusuhan karena perang atau perkelahian itu bersifat merusak (merugikan) semua pihak. Di samping perang atau perkelahian secara sik, ada pula perang secara politik, yaitu perebutan kekuasaan legislatif serta kekua- saan eksekutif seperti yang terjadi di Indonesia. Karena perang secara politik ini menghalalkan segala cara, yang terjadi adalah bahwa pihak yang kekuasaannya kalah akan mengganggu tugas pihak yang menang, dan yang menjadi korban adalah rakyat.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita agar saat menghadapi konflik, kita tidak melakukan cara-cara yang destruktif (merusak) yang merugikan semua pihak. Apakah Anda rela mengalah untuk kebaikan bersama saat menghadapi konflik? [P]

2 Samuel 2:26

Berserulah Abner kepada Yoab: “Haruskah pedang makan terus- menerus? Tidak tahukah engkau, bahwa kepahitan datang pada akhirnya? Berapa lama lagi engkau tidak mau mengatakan kepada rakyat itu, supaya mereka berhenti memburu saudara-saudaranya?”

Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/perang-merugikan-semua-pihak.html

Menantikan Waktu Tuhan

 1 Samuel 23-24
Hal yang lumrah kalau kita geram saat disakiti. Akan tetapi, haruskah kita membalas dendam terhadap mereka yang menyakiti kita? Meskipun Raja Saul mengejar-ngejar dengan
maksud hendak membunuh Daud, Daud tidak menganggap Raja Saul sebagai musuh yang harus disingkirkan. Setelah move on (bangkit) dari keterpurukannya, Daud menganggap bangsa Filistin sebagai musuh Allah yang harus ia perangi. Atas perkenanan Allah, ia berperang di Kehila dan mengalah- kan bangsa Filistin. Akan tetapi, keberadaan Daud terendus oleh Saul, sehingga Daud melarikan diri ke padang gurun Zif. Ternyata selalu ada orang yang melaporkan keberadaan Daud, sehingga Daud harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain, sampai keduanya secara tidak terduga bertemu di kubu gunung En-Gedi. Pertemuan itu terjadi saat Saul hendak mem- buang hajat dan ia masuk ke gua tempat Daud bersembunyi. Para pengikut Daud memberi tahu bahwa inilah saat yang tepat untuk membunuh Saul, tetapi Daud hanya memotong punca (ujung) jubah Saul dan tidak membunuhnya (24:5).
Daud sadar bahwa meskipun Allah telah mengurapinya sebagai raja, ia tidak boleh mendahului rencana Allah untuk memperoleh posisi sebagai raja dengan membunuh Saul yang telah diurapi Allah sebagai raja. Ia menanti waktu yang ditetap- kan Tuhan, sehingga ia memilih untuk membiarkan Saul hidup. Walaupun ada banyak alasan untuk memanfaatkan kesempatan dengan membalas dendam kepada orang yang 
mem tnah dan menyakiti kita, kita harus sadar bahwa membalas dendam tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita harus sabar dan menanti Tuhan bertindak. Percayalah kepada-Nya, karena waktu-Nya adalah yang terbaik bagi kita. [FI]

1 Samuel 23:14

“Maka Daud tinggal di padang gurun, di tempat-tempat perlindungan. Ia tinggal di pegunungan, 
di padang gurun Zif. Dan selama waktu itu Saul mencari dia,
tetapi Allah tidak menyerahkan dia ke dalam tangannya.”

Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/menantikan-waktu-tuhan.html

Ikut Cara Allah atau Dunia?

Taat beribadah bukanlah jaminan seseorang tidak tergoda dengan tawaran dunia, terutama ketika diperhadapkan pada permasalahan serius seperti tidak dikaruniai anak. Bagi yang ingin jalan pintas, menikah lagi adalah solusi cepat bagi para suami untuk memperoleh keturunan. Cara inilah yang dipakai oleh Elkana, yaitu menikahi Penina ketika Hana tidak kunjung memiliki anak. Meski berpoligami dianggap wajar oleh masyarakat saat itu, tapi hal itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Sejak awal penciptaan, Tuhan tidak merancang dan ti- dak menyetujui perkawinan poligami. Cara dunia yang dipakai Elkana bukan menjadi solusi, melainkan malah menimbulkan permasalahan baru dalam keluarganya. Penina sebagai istri muda yang memiliki keturunan sering menyakiti hati Hana, se- mentara Elkana, meski mencintai Hana, adalah sosok suami yang tidak berdaya mengatasi kon ik rumah tangganya.
Sebaliknya, Hana dalam pergumulannya tetap mencari jawaban doa kepada Tuhan. Nazar Hana untuk menjadikan anak yang akan dilahirkannya sebagai pelayan Tuhan di Kemah Suci, menuntun mereka untuk menyerahkan Samuel kepada Imam Eli ketika Allah pada akhirnya membuka kandungannya. Di luar dugaan, ternyata Tuhan memiliki rencana besar bagi Israel yang akan diwujudkannya melalui pasangan ini. Sayangnya, El- kana terlebih dulu mencari jalan keluar yang ditawarkan dunia, ketimbang percaya akan rancangan terbaik dari Tuhan.
Terkadang kita berlaku seperti Elkana—yang gegabah dalam penantian mencari kehendak Tuhan—dengan memilih cara-cara dunia bagi permasalahan hidup kita. Belajarlah untuk bersabar dan memercayai bahwa ada rancangan Tuhan yang terbaik di tengah segala persoalan hidup kita. [FI]

1 Samuel 2:1b
“Hatiku bersukaria karena TUHAN, tanduk kekuatanku ditinggikan oleh TUHAN; mulutku mencemoohkan musuhku,
sebab aku bersukacita karena pertolongan-Mu.”

Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/setiap-orang-percaya-adalah-iman.html

Peka Terhadap Dosa

Ketidakberesan seseorang secara rohani akan tercermin dalam tutur kata dan tindakannya yang tidak peka terhadap dosa. Hal ini terlihat jelas dalam diri Raja Saul yang membuat
Hasil gambar untuk perbuatan dosa dalam kristenkeputusan tanpa mencari kehendak Allah. Begitu mendengar terjadinya kegentaran di kemah pasukan Filistin karena Allah, Saul (yang semula berencana meminta petunjuk Tuhan) langsung memimpin peperangan melawan bangsa Filistin untuk membalas dendam (14:18-19). Ia berambisi untuk mengembalikan kepercayaan rakyat Israel atas dirinya. Ambisi ini mem- buatnya mengucapkan sumpah atau kutukan yang melarang seorang pun makan sesuatu sebelum matahari terbenam tanpa alasan yang jelas (14:24). Hal ini merugikan pasukan Israel dan akhirnya membuat rakyat berbuat dosa (14:33). Ambisi tersebut membuat imam harus mengingatkan Saul untuk meminta petunjuk Allah lebih dulu. Meskipun Saul akhirnya bertanya ke- pada Allah, namun tidak ada kon rmasi dari Allah (14:36b-37).
Karena merasa diri benar dan curiga atas diamnya Allah, Saul meminta imam untuk membuang undi guna menentukan siapa yang salah. Ternyata sumber masalahnya adalah bahwa Yonatan telah meminum madu hutan karena tidak mengetahui sumpah ayahnya. Sekalipun demikian, karena pembelaan rakyat, Yonatan dibebaskan dari hukuman. Akan tetapi, Saul tidak pernah merasa bahwa dirinyalah yang berdosa terhadap Allah.
Orang yang menjauh dari Allah tidak akan peka terhadap dosa. Ia bisa peka terhadap kesalahan orang lain, tetapi tidak peka terhadap diri sendiri. Ia menganggap dirinya baik-baik saja dan benar, sampai kehancuran dirinya. Periksalah kerohanian Anda agar Anda tidak terperosok ke dalam berbagai dosa yang menghancurkan diri sendiri tanpa Anda sadari. [FI]
1 Samuel 15:22b

“Sesungguhnya mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” 

Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/peka-terhadap-dosa.html

Pribadi yang Berkenan Bagi Tuhan

Banyak orang salah duga karena menyangka bahwa melayani Tuhan pasti membuat Tuhan berkenan terhadap diri kita. Padahal, Tuhan lebih berkenan pada pribadi kita, bukan
pada pelayanan kita. Pribadi Samuel membuat ia disukai Allah (2:26). Samuel hidup pada zaman saat penglihatan dan nubuat jarang terjadi di Israel, sehingga ia belum peka terhadap suara Tuhan dan menyangka panggilan Tuhan sebagai suara Imam Eli. Panggilan Tuhan terhadap Samuel kontras dengan apa yang dialami Imam Eli dan keluarganya. Di satu sisi, Allah berkenan atas Samuel yang masih muda. Di sisi lain, Allah murka terha- dap Imam Eli dan keluarganya. Ironisnya, setelah diberitahu Imam Eli bahwa yang memanggilnya adalah Tuhan, justru r- man Tuhan berisi nubuat penghukuman bagi keluarga Imam Eli yang berdosa di hadapan Tuhan. Terhadap berita penghukuman itu, Imam Eli bersikap pasrah, “Dia TUHAN, biarlah diperbuat- Nya apa yang dipandang-Nya baik” (3:18).
Sangat disayangkan jika seorang yang setiap hari melayani di rumah Tuhan justru dihukum Tuhan karena membiarkan dosa anak-anaknya dan tidak memarahi mereka (3:13). Tuhan tidak mau hamba-hamba-Nya meremehkan dosa. Sementara Imam Eli menerima konsekuensi dosanya, Samuel justru tum- buh menjadi pribadi yang berkenan dan disertai Tuhan. Mem- biarkan dan meremehkan dosa adalah kekejian serius di mata Tuhan. Banyak orang Kristen yang sering mengabaikan dan meremehkan dosa. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa imam yang melayani pun dihukum Tuhan karena meremehkan dosa. Tuhan serius saat berurusan dengan dosa. Jadilah pribadi yang berkenan kepada Tuhan dengan membangun kepekaan terhadap godaan dosa dalam hidup Anda. [FI]

1 Samuel 3:19

“Dan Samuel makin besar dan TUHAN menyertai dia dan tidak ada satu pun dari firman-Nya itu yang dibiarkan-Nya gugur.”

Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/siapa-yang-dursila.html

Setiap Orang Percaya adalah iman

Kristus adalah satu-satunya Pengantara di antara Allah dan ma- nusia. Oleh karena itu, Yesus Kristus disebut sebagai Imam Besar. Imam Besar menaikkan doa syafaat dan mempersembah-
kan korban persembahan. Yesus Kristus menaikkan permohonan kepada Allah untuk kesejahteraan kita, dan Dia membawa korban persembahan, yakni tubuh-Nya sendiri yang dikorbankan di atas kayu salib, untuk keselamatan kita (Ibrani 7:25-27). Dalam nama dan perantaraan Yesus Kristus, kita boleh datang kepada Allah, dan sekaligus kita menjadi imam yang memohonkan kese- jahteraan bagi orang-orang lain.
Setiap orang percaya adalah imam (1 Petrus 2:5). Kita tidak butuh perantaraan orang suci untuk bisa datang kepada Allah. Kita dapat langsung datang kepada Allah melalui Yesus Kristus. Kita bisa datang langsung kepada Allah dalam Kristus itu bukan hanya soal hak istimewa, tetapi juga suatu tangggung jawab besar. Sebagai imam Allah, kita datang kepada Allah untuk memohonkan kesejahteraan rohani bagi bangsa dan masyarakat kita. Kita membawa orang-orang lain untuk datang ke hadapan Allah untuk mendapat berkat Allah. Sebagai imam, kita bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rohani dari masyarakat tempat kita hidup. Sebagai imam, kita menaikkan permohonan agar jiwa-jiwa baru boleh dipersembahkan kepada Allah, yaitu dengan mendoakan agar pintu penginjilan bisa selalu terbuka dan manusia mendapat kesempatan untuk mendengarkan Injil (Kolose 4:3; 2 Korintus 2:12). Sebagai imam, kita harus membawa persembahan yang harum kepada Allah. Persembahan yang paling menyenangkan Allah adalah persembahan tubuh dan hidup kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah. [AH]

Roma 12:1
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/hanya-kristus-pengantara-allah-dan-manusia.html

Kebangkitan dan Kelanjutan Misi Sang Mesias

Kebangkitan Sang Mesias memberikan pengharapan bahwa kematian bukanlah akhir. Kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Yesus Kristus telah mengalahkan kematian. Hidup tidak berakhir dengan tangisan di lubang kubur, melainkan terus berlanjut dengan pengharapan yang melampaui kubur. Oleh karena itu, kematian dan penguburan Kristus tidak semestinya diperingati dengan tangisan sedih, melainkan dirayakan dengan tangisan haru. Kematian-Nya bukan kekalahan, melainkan kemenangan terhadap kuasa dosa dan kuasa kematian. Kebangkitan-Nya adalah bukti kemenangan-Nya dan merupakan jaminan bagi masa depan kita.
Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah menyelesaikan bagian-Nya dalam misi penyelamatan. Akan tetapi, misi penyelamatan ini harus dilanjutkan dengan penerapan misi penyelamatan pada diri orang-orang berdosa yang sedang menuju kebinasaan. Berdasarkan kuasa yang dimiliki- Nya, Tuhan Yesus mengutus para murid-Nya—dan hal itu berarti mengutus setiap orang percaya—untuk pergi menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus dengan cara membaptis dalam nama Allah Tritunggal, serta mengajarkan segala sesuatu yang telah Dia perintahkan kepada generasi berikutnya (Matius 28:18-20).
Apakah misi menjadikan semua bangsa sebagai murid Kristus telah tercapai? Misi ini tak pernah berakhir. Misi ini harus diterapkan dalam setiap lingkungan tempat kita berada, terutama terhadap orang-orang yang berada di bawah tanggung jawab kita. Misalnya, setiap orang tua wajib menjadikan anak mereka sebagai murid Kristus. Apakah Anda sudah melibatkan diri dalam kelanjutan misi Sang Mesias ini? [P]

Matius 28:19-20
"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/kebangkitan-dan-kelanjutan-misi-sang-mesias.html 

Kepemimpinan Menurut Sang Mesias

Anak-anak Zebedeus (yaitu Yohanes dan Yakobus) datang menemui Tuhan Yesus secara khusus dengan ditemani oleh ibu mereka, dengan tujuan agar mereka kelak bisa menjadi tangan kanan dan tangan kiri Tuhan Yesus dalam Kerajaan Surga. Kedatangan mereka bertiga ini menunjukkan bahwa mereka belum mengerti bahwa hukum kepemimpinan dalam Kerajaan Surga itu berbeda dengan hukum kepemimpinan di dunia ini. Dalam Kerajaan Surga, pemimpin adalah pelayan, bukan penguasa. Bila penguasa menuntut untuk dilayani, pemimpin yang adalah pelayan harus bersedia melayani. Nilai dari tindakan melayani lebih tinggi daripada memerintah atau dilayani.
Sistem nilai yang berkebalikan dengan sistem nilai dunia ini akan bisa dimengerti bila kita menyadari bahwa keberadaan kita dalam kerajaan Allah merupakan anugerah Allah. Kita semua adalah para penganggur yang direkrut oleh Sang Pemilik kebun anggur untuk bekerja di kebun anggurnya. Dalam perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur dalam 20:1- 16, Sang Pemilik kebun anggurlah yang menentukan aturan pengupahan, yaitu upah satu dinar secara sama rata tanpa pengecualian. Perumpamaan itu menunjukkan bahwa posisi warga Kerajaan Surga ditentukan oleh Sang Mesias, yaitu Sang Pemilik Kerajaan Surga. Setiap anggota Kerajaan Allah tidak boleh merasa superior (lebih tinggi) dibandingkan orang lain. Bahkan, bila kita bisa menjadi anggota Kerajaan Allah pun, hal itu merupakan anugerah.
Dalam kehidupan setiap warga Kerajaan Allah, yang harus dikejar bukanlah kekuasaan, melainkan pelayanan. Apakah pelayanan yang sedang Anda kerjakan? Apakah Anda memandang pelayanan Anda sebagai anugerah Allah? [P]

Matius 20:26-27
"Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/kepemimpinan-menurut-sang-mesias.html 

Keunikan Sang Mesias

Tuhan Yesus amat berbeda bila dibandingkan dengan para pengajar dan pemimpin Yahudi, terutama karena Dia tidak berdosa dan Dia berwewenang untuk mengampuni dosa (9:1- 8). Sekalipun demikian, Tuhan Yesus bersedia menyatu dengan para pemungut cukai dan orang-orang yang dianggap sebagai orang berdosa karena dia mengasihi mereka (9:9-13). Hal ini berbeda dengan para ahli Taurat yang sering menyembunyikan dosa dan menjauh dari orang-orang berdosa karena takut bahwa kesucian mereka bisa tercemar bila mereka bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa.
Kuasa Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati (9:18-19, 23-25), merupakan kemampuan istimewa yang tak pernah bisa ditiru oleh siapa pun. Kesembuhan tidak selalu terjadi karena Tuhan Yesus melakukan suatu tindakan, tetapi bisa pula terjadi karena kesembuhan “memancar” dari tubuh Tuhan Yesus. Bayangkan bahwa perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan bisa sembuh hanya karena menjamah ujung jubah Tuhan Yesus (9:20-22). Penyembuhan terhadap orang buta (9:27-31) dan orang yang bisu karena kerasukan setan (9:32- 33) merupakan penyembuhan yang tidak mungkin dilakukan melalui pengobatan medis. Penyembuhan terhadap orang yang bisu karena kerasukan setan menunjukkan bahwa Tuhan Yesus berkuasa menyembuhkan penyakit karena penyebab apa pun, baik medis maupun non-medis.
Tuhan Yesus yang memiliki segala kuasa itu memiliki hati yang mudah tergerak oleh belas kasihan (9:36). Saat Anda menghadapi masalah, apakah Anda telah membiasakan diri menyerahkan masalah Anda kepada Tuhan Yesus? [P]

Matius 9:35
"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/keunikan-sang-mesias.html 

Prioritas Pengikut Sang Mesias

Cara pandang kita terhadap kehidupan menentukan cara hidup kita. Bila kita menganggap nilai rohani (pandangan Allah terhadap diri kita) jauh lebih penting daripada nilai duniawi (pandangan orang lain terhadap diri kita), maka praktik keagamaan yang kita lakukan tidak akan menjadi tontonan, melainkan menjadi ibadah yang bersifat pribadi. Hal ini berlaku baik dalam hal memberi sedekah (6:2-4), doa (6:5-8), maupun puasa (6:16-18). Dalam hal doa, Tuhan Yesus memberikan sebuah contoh doa yang sederhana, tetapi isinya memuliakan Allah dan mencakup hal-hal yang penting (6:9-15). Mengutamakan nilai rohani (harta di surga) dibandingkan nilai duniawi (harta di bumi) akan menolong kita memprioritaskan Allah lebih daripada yang lain (6:19-24). Bila kita memprioritaskan Allah dalam hidup kita, kita tidak perlu kuatir dengan hidup kita karena Allah pasti memelihara kita. Hal-hal pokok yang menjadi kebutuhan kita (makanan, minumam, dan pakaian) pasti akan disediakan oleh Allah. Bila kita terus merasa kuatir akan kebutuhan kita, hal itu berarti bahwa kita tidak memercayai Allah. Walaupun kuatir akan makanan, minuman, dan pakaian itu manusiawi dan wajar bagi orangorang yang tidak mengenal Allah, kita tidak boleh seperti itu. Bila kita bisa memercayai Allah, kita akan sanggup mengutamakan Allah dan kehendak-Nya (Matius 6:25-34).
Saat ini, hampir di seluruh bagian dunia ini, umat manusia mengalami berbagai krisis, di antaranya adalah krisis ekonomi dan bencana alam. Krisis tersebut menimbulkan ketidakpastian. Dalam situasi semacam ini, beranikah Anda memprioritaskan pekerjaan Allah dan percaya bahwa Allah pasti akan melindungi Anda dan memenuhi semua kebutuhan Anda? [P]

Matius 6:33
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/prioritas-pengikut-sang-mesias.html 

Allah Peduli

Banyak orang berpikir bahwa pengikut Tuhan pasti terhindar dari bencana dan kesukaran. Setiap bencana yang melanda pengikut Tuhan menunjukkan bahwa orang itu berdosa atau ditinggalkan Tuhan. Benarkah begitu? Bacaan hari ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli pada umat-Nya walaupun tidak semua masalah Dia singkirkan. Bacaan Alkitab hari ini menunjukkan bahwa orang Israel bisa mati dalam peperangan. Dalam peperangan, orang baik maupun orang jahat yang terkena senjata musuh tentu dapat meninggal. Tentu saja penjelasan semacam ini bukan berita yang menghibur. Jadi, apa kabar baik dari bacaan Alkitab hari ini? Allah tidak meminta kita menyangkal kenyataan bahwa hidup ini penuh rintangan, bahkan ancaman maut. Namun, Allah menegaskan bahwa pada umumnya, Dia memberi anugerah bagi manusia untuk menikmati apa yang baik dalam hidupnya. Para tentara diizinkan untuk menikmati kebaikan yang Tuhan sediakan dalam hidup mereka sebelum mereka pergi berperang. Tuhan mengizinkan umat-Nya untuk menikmati kebaikan/ kebahagiaan “sesuai dengan bagiannya.”
Pertanyaan bagi kita saat ini adalah, “Apakah kita menyadari kebaikan Tuhan dalam hidup kita?” Atau sebaliknya, apakah iri hati, kecemasan, rasa tidak puas, dan ketamakan masih menguasai hidup kita? Marilah kita menikmati kebaikan yang Tuhan berikan pada kita saat ini. Mungkin kebaikan itu berupa keluarga kita, gaji kita, atau pelayanan di gereja yang dipercayakan kepada kita. Apa pun kebaikan Tuhan terhadap diri kita, marilah kita bersyukur dan menikmati bagian yang diberikan Allah bagi kita. Mari kita menikmati hidup kita! [MB]

Pengkhotbah 3:13
"Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/allah-peduli.html 

Berbeda-beda namun satu

Berbagai macam budaya memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi kematian. Ada yang memakai baju putih saat berkabung, tapi ada budaya yang menggunakan baju hitam untuk kedukaan. Ada yang menangis dan berpuasa, ada yang diiringi dengan pesta. Namun, semua perbedaan itu menunjukkan bahwa mereka menghadapi misteri dan kuasa kematian. Kematian merupakan misteri besar. Kepercayaan tentang kematian dan apa yang terjadi setelah kematian memainkan peranan penting dalam ritual kedukaan/perkabungan.
Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk tidak berkabung dengan cara seperti bangsa asing yang tidak mengenal Tuhan. Bangsa Israel tidak boleh mengungkapkan rasa duka dengan menorah-noreh (menggores-gores) tubuh mereka. Kesedihan yang terlalu besar bisa menyebabkan orang melukai diri. Perasaan berduka yang terlalu besar tidak cocok dengan iman terhadap Allah yang telah menyelamatkan bangsa Israel. Hal ini ditegaskan dalam Perjanjian Baru, “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1 Tesalonika 4:13-14).
Kematian adalah perpisahan sementara. Orang Kristen tidak boleh larut dalam duka karena orang Kristen memiliki pengharapan bahwa suatu saat semua orang percaya akan berjumpa kembali dengan orang-orang yang dikasihinya dalam kerajaan Allah! [MB]

Yohanes 14:1-2
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/berbeda-beda-namun-satu.html 

Menguduskan Dunia Kerja

Dunia bisnis tidak mudah untuk dihadapi. Terdapat banyak persaingan dan tantangan dalam perdagangan. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk meraup untung sebesar-besarnya, sehingga bisa menjauhi kebangkrutan dan tetap bisa bertahan dalam bisnis.
Tuhan mengingatkan bahwa dalam berdagang, umat Tuhan dilarang melakukan kecurangan atau penipuan (25:13-15). Para pedagang harus memakai takaran volume dan berat yang tepat sehingga para pembeli mendapatkan sesuai dengan apa yang mereka bayarkan. Sesukar apa pun dunia bisnis, umat Tuhan diperintahkan untuk berdagang dengan jujur.
Berdagang juga berkaitan dengan urusan rohani (spiritual). Buktinya, perintah tentang berdagang dengan benar ini diikuti dengan berkat Allah yang sama dengan jika seseorang menghormati ayah dan ibunya, yaitu, “supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” Bahkan, perintah ini ditambah dengan keterangan bahwa setiap orang yang berbuat curang adalah kekejian bagi TUHAN.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memperhatikan dunia kerja, sama seperti Tuhan memperhatikan masalah ibadah kita. Tuhan memperhatikan kantor tempat kita bekerja sama seperti Tuhan memperhatikan gereja kita.Hal ini berarti bahwa Tuhan berharap agar umat-Nya hidup benar di dunia kerja sama seperti umat-Nya hidup benar di gereja. Tantangan pasti ada! Bahkan, kadang-kadang hidup sesuai dengan firman Tuhan bisa terasa berat. Namun, umat Tuhan dikuatkan oleh kebenaran teologis bahwa Allah adalah sumber berkat dan Dia berkuasa untuk menjaga umat-Nya yang hidup sesuai dengan perintah-Nya. [MB]

Amsal 23:17-18
"Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang ber dosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. "


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/menguduskan-dunia-kerja.html 

Belas Kasihan

Prinsip bisnis yang populer adalah mencari keuntungan sebesar- besarnya dengan cara yang paling kecil risikonya. Namun, bacaan hari ini menegaskan bahwa belas kasihan harus lebih besar dari keuntungan bisnis. Orang Israel dilarang mengambil (menyita) jaminan yang merupakan sumber nafkah atau sumber hidup dari si peminjam (24:6, 12-13, 17). Tentu saja hal ini berisiko tinggi karena bisa saja utang tidak terbayar dan tidak ada barang jaminan di tangan si pemberi pinjaman. Sekalipun demikian, belas kasihan harus lebih diutamakan daripada kepentingan pengembalian pinjaman.
Belas kasihan juga harus lebih diutamakan daripada “keuntungan sebesar-besarnya”. Seorang majikan tidak boleh mengambil keuntungan dengan memeras tenaga pekerjanya tanpa segera membayar mereka setiap hari (24:14-15, bandingkan dengan Yakobus 5:4). Pemilik ladang (ladang gandum, zaitun atau anggur) tidak boleh memanen ladangnya hingga 100%, melainkan harus membiarkan sisa-sisa yang ada bagi orangorang yang membutuhkan, Ulangan 24:19-21). Peraturan ini tentu saja mengurangi “keuntungan”, namun Tuhan memerintahkan agar belas kasihan lebih diutamakan daripada keuntungan semata.
Biarlah keuntungan kita berkurang asalkan orang-orang lain mendapat belas kasihan dari kita. Bukankah bangsa Israel telah mendapat belas kasihan dari Tuhan seperti yang berulang kali diingatkan oleh Tuhan, “…bukankah dahulu kamu budak di Mesir dan ditebus TUHAN, Allahmu, dari sana.” Bukankah kita—yang dulu adalah budak dosa—telah ditebus dari dosa dan kematian? Mengapa kita masih mencintai dunia dan melupakan belas kasihan? [MB]

Sumber:http: //gkysydney.org/renungan-gema-2016/belas-kasihan.html

Jangan Susah Hati karena Harta

Firman Tuhan seringkali bertentangan dengan “insting” manusia. Oleh karena itu, tidak mudah melakukan firman Tuhan. Kadang-kadang muncul perasaan sedih ketika kita harus melakukan firman Tuhan, sehingga kita juga perlu dihibur dan dikuatkan. Dalam Ulangan 15, disebutkan tentang penghapusan hutang terhadap sesama orang Ibrani dan pembebasan budak Ibrani. Hutang sesama umat pilihan Tuhan yang tersisa pada tahun ketujuh harus dihapuskan. Tuhan tahu bahwa akan ada orang yang merasa rugi jika memberikan pinjaman menjelang tahun ketujuh. Oleh karena itu, mereka tidak mau meminjamkan uang/barang. Tuhan menegur dengan mengatakan bahwa sikap mereka itu merupakan dosa. Mereka harus tetap memberi pinjaman dengan sukacita, sesuai dengan kebutuhan saudara mereka. Bila mereka taat, mereka akan diberkati Tuhan (15:1-11).
Jika ada saudara sesama umat Tuhan memberikan dirinya menjadi budak untuk membayar hutang yang tidak bisa dibayarnya, pada tahun ketujuh dia harus dibebaskan dari statusnya sebagai budak, kemudian dia juga harus diberi bekal yang layak untuk menjalani kembali kehidupannya. Tidak mengherankan bila kebanyakan orang merasa keberatan untuk melaksanakan ketentuan semacam itu (15:12-18).
Walaupun perintah Tuhan tidak semuanya mudah dilaksanakan, bangsa Israel pada masa itu maupun kita pada saat ini diperintahkan agar tidak bersusah hati. Percayalah bahwa bila kita memperhatikan sesama kita (terutama yang seiman), Tuhan pasti memberkati kita, baik dalam wujud materi, maupun non-materi (kesehatan, keharmonisan keluarga, dan sebagainya). [MB]

 2 Korintus 8:14
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."


sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/jangan-susah-hati-karena-harta.html

Pentingnya Komunikasi

Nats Alkitab: Bilangan 32

Bacaan Alkitab hari ini memberikan gambaran yang sangat penting tentang pentingnya berkomunikasi untuk mencegah kesalahpahaman. Suku Ruben dan suku Gad datang kepada Musa untuk memohon agar diperkenankan untuk tinggal di wilayah Timur sungai Yordan. Akan tetapi, permintaan mereka itu ditanggapi secara negatif oleh Musa yang menjadi salah sangka. Musa beranggapan bahwa permintaan itu akan memperlemah semangat bangsa Israel (suku-suku lain) untuk berjuang merebut Tanah Kanaan (yang terletak di sebelah Barat sungai Yordan), padahal maksud suku Gad dan Ruben itu adalah bahwa orang-orang Gad dan Ruben yang bisa berperang semuanya akan terus membantu semua suku lainnya menaklukkan Tanah Kanaan. Hanya wanita dan anak-anak yang tidak dilibatkan dalam peperangan yang ditinggal di sebelah Timur sungai Yordan. Akhirnya, komunikasi yang baik membuat Musa menyetujui permintaan tersebut. Setengah dari suku Manasye yang besar juga diizinkan untuk tinggal di sebelah Timur sungai Yordan. Kesalahpahaman yang akhirnya bisa diselesaikan melalui komunikasi yang baik itu juga terjadi lagi di kemudian hari setelah pembagian Tanah Kanaan resmi dilakukan pada zaman Yosua (Lihat Yosua 22).
Kesalahpahaman tidak selalu bisa dihindarkan. Kesalahpahaman bisa terjadi antar saudara, antar suami isteri, antar teman, antar suku, antar partai, antar pendukung peserta pemilu, dan sebagainya. Kesalahpahaman semacam itu bisa berkembang menjadi konflik yang dahsyat bila tidak ada komunikasi yang baik. Apakah Anda bisa memberikan contoh-contoh kesalahpahaman yang bisa diselesaikan melalui komunikasi yang baik? Bila Anda sendiri sedang menghadapi konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman, pikirkanlah apa yang hendak Anda lakukan untuk bisa mengkomunikasikan hal itu! [P]

sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/pentingnya-komunikasi.html

Popular Posts

Like us on Facebook