Allah Peduli

Banyak orang berpikir bahwa pengikut Tuhan pasti terhindar dari bencana dan kesukaran. Setiap bencana yang melanda pengikut Tuhan menunjukkan bahwa orang itu berdosa atau ditinggalkan Tuhan. Benarkah begitu? Bacaan hari ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli pada umat-Nya walaupun tidak semua masalah Dia singkirkan. Bacaan Alkitab hari ini menunjukkan bahwa orang Israel bisa mati dalam peperangan. Dalam peperangan, orang baik maupun orang jahat yang terkena senjata musuh tentu dapat meninggal. Tentu saja penjelasan semacam ini bukan berita yang menghibur. Jadi, apa kabar baik dari bacaan Alkitab hari ini? Allah tidak meminta kita menyangkal kenyataan bahwa hidup ini penuh rintangan, bahkan ancaman maut. Namun, Allah menegaskan bahwa pada umumnya, Dia memberi anugerah bagi manusia untuk menikmati apa yang baik dalam hidupnya. Para tentara diizinkan untuk menikmati kebaikan yang Tuhan sediakan dalam hidup mereka sebelum mereka pergi berperang. Tuhan mengizinkan umat-Nya untuk menikmati kebaikan/ kebahagiaan “sesuai dengan bagiannya.”
Pertanyaan bagi kita saat ini adalah, “Apakah kita menyadari kebaikan Tuhan dalam hidup kita?” Atau sebaliknya, apakah iri hati, kecemasan, rasa tidak puas, dan ketamakan masih menguasai hidup kita? Marilah kita menikmati kebaikan yang Tuhan berikan pada kita saat ini. Mungkin kebaikan itu berupa keluarga kita, gaji kita, atau pelayanan di gereja yang dipercayakan kepada kita. Apa pun kebaikan Tuhan terhadap diri kita, marilah kita bersyukur dan menikmati bagian yang diberikan Allah bagi kita. Mari kita menikmati hidup kita! [MB]

Pengkhotbah 3:13
"Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/allah-peduli.html 

Berbeda-beda namun satu

Berbagai macam budaya memiliki cara yang berbeda dalam menanggapi kematian. Ada yang memakai baju putih saat berkabung, tapi ada budaya yang menggunakan baju hitam untuk kedukaan. Ada yang menangis dan berpuasa, ada yang diiringi dengan pesta. Namun, semua perbedaan itu menunjukkan bahwa mereka menghadapi misteri dan kuasa kematian. Kematian merupakan misteri besar. Kepercayaan tentang kematian dan apa yang terjadi setelah kematian memainkan peranan penting dalam ritual kedukaan/perkabungan.
Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk tidak berkabung dengan cara seperti bangsa asing yang tidak mengenal Tuhan. Bangsa Israel tidak boleh mengungkapkan rasa duka dengan menorah-noreh (menggores-gores) tubuh mereka. Kesedihan yang terlalu besar bisa menyebabkan orang melukai diri. Perasaan berduka yang terlalu besar tidak cocok dengan iman terhadap Allah yang telah menyelamatkan bangsa Israel. Hal ini ditegaskan dalam Perjanjian Baru, “Selanjutnya kami tidak mau, saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.” (1 Tesalonika 4:13-14).
Kematian adalah perpisahan sementara. Orang Kristen tidak boleh larut dalam duka karena orang Kristen memiliki pengharapan bahwa suatu saat semua orang percaya akan berjumpa kembali dengan orang-orang yang dikasihinya dalam kerajaan Allah! [MB]

Yohanes 14:1-2
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/berbeda-beda-namun-satu.html 

Menguduskan Dunia Kerja

Dunia bisnis tidak mudah untuk dihadapi. Terdapat banyak persaingan dan tantangan dalam perdagangan. Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang menghalalkan segala cara untuk meraup untung sebesar-besarnya, sehingga bisa menjauhi kebangkrutan dan tetap bisa bertahan dalam bisnis.
Tuhan mengingatkan bahwa dalam berdagang, umat Tuhan dilarang melakukan kecurangan atau penipuan (25:13-15). Para pedagang harus memakai takaran volume dan berat yang tepat sehingga para pembeli mendapatkan sesuai dengan apa yang mereka bayarkan. Sesukar apa pun dunia bisnis, umat Tuhan diperintahkan untuk berdagang dengan jujur.
Berdagang juga berkaitan dengan urusan rohani (spiritual). Buktinya, perintah tentang berdagang dengan benar ini diikuti dengan berkat Allah yang sama dengan jika seseorang menghormati ayah dan ibunya, yaitu, “supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu.” Bahkan, perintah ini ditambah dengan keterangan bahwa setiap orang yang berbuat curang adalah kekejian bagi TUHAN.
Bacaan Alkitab hari ini mengingatkan kita bahwa Tuhan memperhatikan dunia kerja, sama seperti Tuhan memperhatikan masalah ibadah kita. Tuhan memperhatikan kantor tempat kita bekerja sama seperti Tuhan memperhatikan gereja kita.Hal ini berarti bahwa Tuhan berharap agar umat-Nya hidup benar di dunia kerja sama seperti umat-Nya hidup benar di gereja. Tantangan pasti ada! Bahkan, kadang-kadang hidup sesuai dengan firman Tuhan bisa terasa berat. Namun, umat Tuhan dikuatkan oleh kebenaran teologis bahwa Allah adalah sumber berkat dan Dia berkuasa untuk menjaga umat-Nya yang hidup sesuai dengan perintah-Nya. [MB]

Amsal 23:17-18
"Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang ber dosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. "


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/menguduskan-dunia-kerja.html 

Belas Kasihan

Prinsip bisnis yang populer adalah mencari keuntungan sebesar- besarnya dengan cara yang paling kecil risikonya. Namun, bacaan hari ini menegaskan bahwa belas kasihan harus lebih besar dari keuntungan bisnis. Orang Israel dilarang mengambil (menyita) jaminan yang merupakan sumber nafkah atau sumber hidup dari si peminjam (24:6, 12-13, 17). Tentu saja hal ini berisiko tinggi karena bisa saja utang tidak terbayar dan tidak ada barang jaminan di tangan si pemberi pinjaman. Sekalipun demikian, belas kasihan harus lebih diutamakan daripada kepentingan pengembalian pinjaman.
Belas kasihan juga harus lebih diutamakan daripada “keuntungan sebesar-besarnya”. Seorang majikan tidak boleh mengambil keuntungan dengan memeras tenaga pekerjanya tanpa segera membayar mereka setiap hari (24:14-15, bandingkan dengan Yakobus 5:4). Pemilik ladang (ladang gandum, zaitun atau anggur) tidak boleh memanen ladangnya hingga 100%, melainkan harus membiarkan sisa-sisa yang ada bagi orangorang yang membutuhkan, Ulangan 24:19-21). Peraturan ini tentu saja mengurangi “keuntungan”, namun Tuhan memerintahkan agar belas kasihan lebih diutamakan daripada keuntungan semata.
Biarlah keuntungan kita berkurang asalkan orang-orang lain mendapat belas kasihan dari kita. Bukankah bangsa Israel telah mendapat belas kasihan dari Tuhan seperti yang berulang kali diingatkan oleh Tuhan, “…bukankah dahulu kamu budak di Mesir dan ditebus TUHAN, Allahmu, dari sana.” Bukankah kita—yang dulu adalah budak dosa—telah ditebus dari dosa dan kematian? Mengapa kita masih mencintai dunia dan melupakan belas kasihan? [MB]

Sumber:http: //gkysydney.org/renungan-gema-2016/belas-kasihan.html

Jangan Susah Hati karena Harta

Firman Tuhan seringkali bertentangan dengan “insting” manusia. Oleh karena itu, tidak mudah melakukan firman Tuhan. Kadang-kadang muncul perasaan sedih ketika kita harus melakukan firman Tuhan, sehingga kita juga perlu dihibur dan dikuatkan. Dalam Ulangan 15, disebutkan tentang penghapusan hutang terhadap sesama orang Ibrani dan pembebasan budak Ibrani. Hutang sesama umat pilihan Tuhan yang tersisa pada tahun ketujuh harus dihapuskan. Tuhan tahu bahwa akan ada orang yang merasa rugi jika memberikan pinjaman menjelang tahun ketujuh. Oleh karena itu, mereka tidak mau meminjamkan uang/barang. Tuhan menegur dengan mengatakan bahwa sikap mereka itu merupakan dosa. Mereka harus tetap memberi pinjaman dengan sukacita, sesuai dengan kebutuhan saudara mereka. Bila mereka taat, mereka akan diberkati Tuhan (15:1-11).
Jika ada saudara sesama umat Tuhan memberikan dirinya menjadi budak untuk membayar hutang yang tidak bisa dibayarnya, pada tahun ketujuh dia harus dibebaskan dari statusnya sebagai budak, kemudian dia juga harus diberi bekal yang layak untuk menjalani kembali kehidupannya. Tidak mengherankan bila kebanyakan orang merasa keberatan untuk melaksanakan ketentuan semacam itu (15:12-18).
Walaupun perintah Tuhan tidak semuanya mudah dilaksanakan, bangsa Israel pada masa itu maupun kita pada saat ini diperintahkan agar tidak bersusah hati. Percayalah bahwa bila kita memperhatikan sesama kita (terutama yang seiman), Tuhan pasti memberkati kita, baik dalam wujud materi, maupun non-materi (kesehatan, keharmonisan keluarga, dan sebagainya). [MB]

 2 Korintus 8:14
"Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan."


sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/jangan-susah-hati-karena-harta.html

Popular Posts

Like us on Facebook