Kepemimpinan Menurut Sang Mesias

Anak-anak Zebedeus (yaitu Yohanes dan Yakobus) datang menemui Tuhan Yesus secara khusus dengan ditemani oleh ibu mereka, dengan tujuan agar mereka kelak bisa menjadi tangan kanan dan tangan kiri Tuhan Yesus dalam Kerajaan Surga. Kedatangan mereka bertiga ini menunjukkan bahwa mereka belum mengerti bahwa hukum kepemimpinan dalam Kerajaan Surga itu berbeda dengan hukum kepemimpinan di dunia ini. Dalam Kerajaan Surga, pemimpin adalah pelayan, bukan penguasa. Bila penguasa menuntut untuk dilayani, pemimpin yang adalah pelayan harus bersedia melayani. Nilai dari tindakan melayani lebih tinggi daripada memerintah atau dilayani.
Sistem nilai yang berkebalikan dengan sistem nilai dunia ini akan bisa dimengerti bila kita menyadari bahwa keberadaan kita dalam kerajaan Allah merupakan anugerah Allah. Kita semua adalah para penganggur yang direkrut oleh Sang Pemilik kebun anggur untuk bekerja di kebun anggurnya. Dalam perumpamaan tentang para pekerja di kebun anggur dalam 20:1- 16, Sang Pemilik kebun anggurlah yang menentukan aturan pengupahan, yaitu upah satu dinar secara sama rata tanpa pengecualian. Perumpamaan itu menunjukkan bahwa posisi warga Kerajaan Surga ditentukan oleh Sang Mesias, yaitu Sang Pemilik Kerajaan Surga. Setiap anggota Kerajaan Allah tidak boleh merasa superior (lebih tinggi) dibandingkan orang lain. Bahkan, bila kita bisa menjadi anggota Kerajaan Allah pun, hal itu merupakan anugerah.
Dalam kehidupan setiap warga Kerajaan Allah, yang harus dikejar bukanlah kekuasaan, melainkan pelayanan. Apakah pelayanan yang sedang Anda kerjakan? Apakah Anda memandang pelayanan Anda sebagai anugerah Allah? [P]

Matius 20:26-27
"Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/kepemimpinan-menurut-sang-mesias.html 

Keunikan Sang Mesias

Tuhan Yesus amat berbeda bila dibandingkan dengan para pengajar dan pemimpin Yahudi, terutama karena Dia tidak berdosa dan Dia berwewenang untuk mengampuni dosa (9:1- 8). Sekalipun demikian, Tuhan Yesus bersedia menyatu dengan para pemungut cukai dan orang-orang yang dianggap sebagai orang berdosa karena dia mengasihi mereka (9:9-13). Hal ini berbeda dengan para ahli Taurat yang sering menyembunyikan dosa dan menjauh dari orang-orang berdosa karena takut bahwa kesucian mereka bisa tercemar bila mereka bergaul dengan orang-orang yang dianggap berdosa.
Kuasa Tuhan Yesus untuk menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang mati (9:18-19, 23-25), merupakan kemampuan istimewa yang tak pernah bisa ditiru oleh siapa pun. Kesembuhan tidak selalu terjadi karena Tuhan Yesus melakukan suatu tindakan, tetapi bisa pula terjadi karena kesembuhan “memancar” dari tubuh Tuhan Yesus. Bayangkan bahwa perempuan yang sudah dua belas tahun menderita pendarahan bisa sembuh hanya karena menjamah ujung jubah Tuhan Yesus (9:20-22). Penyembuhan terhadap orang buta (9:27-31) dan orang yang bisu karena kerasukan setan (9:32- 33) merupakan penyembuhan yang tidak mungkin dilakukan melalui pengobatan medis. Penyembuhan terhadap orang yang bisu karena kerasukan setan menunjukkan bahwa Tuhan Yesus berkuasa menyembuhkan penyakit karena penyebab apa pun, baik medis maupun non-medis.
Tuhan Yesus yang memiliki segala kuasa itu memiliki hati yang mudah tergerak oleh belas kasihan (9:36). Saat Anda menghadapi masalah, apakah Anda telah membiasakan diri menyerahkan masalah Anda kepada Tuhan Yesus? [P]

Matius 9:35
"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/keunikan-sang-mesias.html 

Prioritas Pengikut Sang Mesias

Cara pandang kita terhadap kehidupan menentukan cara hidup kita. Bila kita menganggap nilai rohani (pandangan Allah terhadap diri kita) jauh lebih penting daripada nilai duniawi (pandangan orang lain terhadap diri kita), maka praktik keagamaan yang kita lakukan tidak akan menjadi tontonan, melainkan menjadi ibadah yang bersifat pribadi. Hal ini berlaku baik dalam hal memberi sedekah (6:2-4), doa (6:5-8), maupun puasa (6:16-18). Dalam hal doa, Tuhan Yesus memberikan sebuah contoh doa yang sederhana, tetapi isinya memuliakan Allah dan mencakup hal-hal yang penting (6:9-15). Mengutamakan nilai rohani (harta di surga) dibandingkan nilai duniawi (harta di bumi) akan menolong kita memprioritaskan Allah lebih daripada yang lain (6:19-24). Bila kita memprioritaskan Allah dalam hidup kita, kita tidak perlu kuatir dengan hidup kita karena Allah pasti memelihara kita. Hal-hal pokok yang menjadi kebutuhan kita (makanan, minumam, dan pakaian) pasti akan disediakan oleh Allah. Bila kita terus merasa kuatir akan kebutuhan kita, hal itu berarti bahwa kita tidak memercayai Allah. Walaupun kuatir akan makanan, minuman, dan pakaian itu manusiawi dan wajar bagi orangorang yang tidak mengenal Allah, kita tidak boleh seperti itu. Bila kita bisa memercayai Allah, kita akan sanggup mengutamakan Allah dan kehendak-Nya (Matius 6:25-34).
Saat ini, hampir di seluruh bagian dunia ini, umat manusia mengalami berbagai krisis, di antaranya adalah krisis ekonomi dan bencana alam. Krisis tersebut menimbulkan ketidakpastian. Dalam situasi semacam ini, beranikah Anda memprioritaskan pekerjaan Allah dan percaya bahwa Allah pasti akan melindungi Anda dan memenuhi semua kebutuhan Anda? [P]

Matius 6:33
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."


Sumber : http://gkysydney.org/renungan-gema-2016/prioritas-pengikut-sang-mesias.html 

Popular Posts

Like us on Facebook